Ada sebuah buku baru yang menurut saya sangat bagus dan layak untuk dibaca karena di dalamnya mengungkap sebuah realita dan bukti-bukti tentang sebuah jaringan kejahatan internasional yang berupaya memiskinkan negara-negara dunia ketiga. Sinopsis dari buku yang berjudul Jhon Perkins; Membongkar Kejahatan Jaringan Internasional, saya kutip dari Wahyu Arifin, Pegiat di Lembaga Pers Transformasi UNJ dan Kajian Pendidikan Transformatif di Koran SINDO 15 Maret 2009, berikut ulasannya.
Untuk pertama kalinya, Jhon Perkins, mantan bandit ekonomi bicara blak-blakan membongkar kejahatan internasional yang berupaya memiskinkan negara-negara dunia ketiga. Buku yang berjudul Jhon Perkins; Membongkar Kejahatan Jaringan Internasional ini merupakan lanjutan dari kaya Perkins sebelumnya, Confessions of an Economic Hit Man. Dalam buku tersebut, Perkins menceritakan pengalamannya dalam melakukan aksi merusak ekonomi negara-negara dunia ketiga demi kepentingan jaringan korporasi internasional.
Bahkan, sebelum buku tentang pengakuannya sebagai bandit ekonomi keluar, Perkins pernah diteror agar berhenti menulis buku tersebut. Hal tersebut ia turuti, sampai pada akhirnya terjadi peristiwa 11 September 2001. Kejadian tersebut mendorong Perkins untuk kembali menulis buku tersebut. Perkins yakin, kejadian 11 September merupakan bagian dari ulahnya, karena itu dia berniat untuk menebus kesalahannya.
Bangkrutnya negara-negara dunia ketiga merupakan hasil dari kerja Perkins dan kawanannya, yang dia sebut sebagai bandit ekonomi atau ekonomic hit man (EHM) yang bekerja untuk perusahaan konsultan MAIN di Boston, AS. Dengan memaipulasi data dan laporan-laporan kepada IMF, Bank Dunia, dan USAID, Perkins manyakinkan para eksekutif di institusi tersebut untuk mengucurkan utang luar negeri kepada negara-negara dunia ketiga. Saat negara yang berutang tak mampu melunasi utangnya, lembaga moneter dunia tersebut menekan negara pengutang untuk menjual perusahaan milik negara kepada swasta dan menghapus pajak untuk korporasi.
Indonesia merupakan salah contoh negara yang bangrut ekonominya akibat utang luar negerinya. Pada 1997, saat seluruh Asia dilanda krisis ekonomi, Indonesia merupakan negara yang paling parah mengalami krisi ekonomi. Perkins berhasil menjerat para pejabat tinggi Orde Baru untuk nerselingkuh dengan korporasi. Dengan dongeng pertumbuhan ekonomi, Soeharto menjalankan pembangunan yang menitikberatkan pada pembangunan industri dan investasi dari uang luar negeri. Saat Indonesia diterpa krisis, investor asing asing menarik semua modalnya dan Indonesia tak punya pertahanan ekonomi yang lebih baik.
Perkins, dalam bukunya, menyatakan bahwa Indonesia merupakan korban pertamanya. Korban lainnya adalah Timur Tengah, karena kekayaan minyaknya yang melimpah ruah. Untuk menghancurkan Timur Tengah, Perkins melakukan rakayasa terhadap Dinasti Saud di Arab Saudi dengan membentuk Saudi Arabian Money Laundering Affair (SAMA). SAMA memengaruhi Arab Saudi agar menjual minyak dengan standar dolar. Hal tersebut dilakukan untuk mendominasi perdagangan minyak dengan Arab Saudi.
Usaha Perkins, itu berhasil karean Arab Saudi mengemdalikan pasar minyak. Dengan itu, anggota OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak) lainnya terpakasa menuruti langkah yang diambil oleh Arab Saudi. Atas jasanya tersebut, pihak AS berjanji akan menjaga kekuasaan keluarga Saud dan memberikan kemudahan akses di wilayah AS.
Hal tersebut membuat Washington membalikkan peta geopolitik yang ada di Timur Tengah, dan mampu mengontrol harga minyak dengan leluasa serta mendapatkan pajak secara tidak langsung dengan diberlakukannya dolar sebagai mata uang perdagangan minyak.
Setelah berhasil di Timur Tengah, Perkins menjalankan aksinya di Amerika Latin yang terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya. Dalam Confessions of an Economic Hit Man, Perkins pernah menguraikan hubungannya dengan Jaime Roldos Aguilera, seorang profesor yang pada 1979 menjadi presiden Ekuador pertama yang terpilih secara demokratis.
Jaime Roldos Aguilera adalah Presiden Ekuador yang menentang penguasaan sumber daya alam oleh korporasi. Aguilera bertekad menasionalisasi perusahaan minyak untuk kemakmuran rakyat Ekuador dan menyingkirkan kekuasaan korporasi. Pada 24 Mei 1981, CIA menyabotase pesawat yang ditumpangi Aguilera dan ia tewas dalam kecelakaan pesawat tersebut. Hal yang sama juga terjadi pada Omar Torrijos, Presiden Panama yang akhirnya juga terbunuh akibat menolak kuasa korporasi. Tragedi pembunuhan kepala negara yang menentang hegemoni korporasi dan imperium AS hanyalah salah satu bentuk dari kejahatan jaringan internasional.
Selain membongkar dan menggugat seluruh kejahatn jaringan internasional, gagasan utama Perkins dalam bukunya, ialah mengubah jalan kerja korporasi itu sendiri. Menurutnya, mengubah dunia yang diperintah korporasi sangatlah mustahil jika kita sendiri tak mengerti jalur bisnis yang dipraktikan korporasi.
Dari penelitiannya, Perkins menyimpulkan bahwa meskipun di antara para eksekutif korporasi ada yang berkepribadian patologis-tak menghargai hidup dan kesejahteraan hidup orang lain-, ada juga yang masih memikirkan konesekuensi dari tindakan mereka. Orang-orang seperti inilah yang bisa digunakan untuk mempengaruhi kebijakan korporasi.
Fave













0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan kasih komentar Anda disini !!!